Cari Blog Ini

Rabu, 06 Juli 2011

JASAD FIR' AUN

Dalam Surah Yunus ayat 90-92, Al-Qur'an menyatakan bahwa pada suatu masa nanti bangkai Fir'aun yang tenggelam sewaktu mengejar Nabi Musa as
akan dikembalikan kepada manusia, dapat disaksikan dengan mata kepala,
untuk menjadi bukti akan kebenaran dan kebesaran ayat-ayat Allah itu.

"Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti
oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas
(mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah
dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan yang dipercayai oleh
Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada
Allah)". Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu
telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat
kerusakan. MAKA PADA HARI INI KAMI SELAMATKAN JASADMU SUPAYA KAMU DAPAT
MENJADI PELAJARAN BAGI ORANG-ORANG YANG DATANG SESUDAHMU dan
sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan
Kami." (QS. 10:90-92)

Perlu diketahui, bahwa ayat ini turun setelah 21 abad masa Fir'aun.
Orang sudah tidak tahu lagi dimana batang tubuh Fir'aun. Tetapi sungguh
menakjubkan, bahwa setelah terpendam selama lebih kurang 40 abad, yaitu
tepatnya tanggal 6 Juli 1879 para ilmuwan Arkeologi telah berhasil
menemukan batang tubuh Fir'aun tersebut. Han ini sekaligus merupakan
bukti akan kebenaran Al-Qur'an sebagai wahyu Allah, bukan ciptaan Nabi
Muhammad SAW!

Berikut akan saya kutipkan tulisan Yoesof Sou'yb dalam majalah
'Harmonis' tentang kesesuaian antara Surah Yunus 90-92 dengan kenyataan
sejarah yang menggemparkan itu.

Wahyu Ilahi yang diturunkan pada abda ke-7 Masehi itu menegaskan bahwa
badan Pharaoh/Fir'aun yang telah menjadi korban, akan diselamatkan
sebagai pertanda bagi orang yang datang kemudian. Dalam ayat Al-Quran
berbunyi : 'nunajji-ka bi badani-ka'.

Sedangkan The Holy Bible tidak bercerita bahwa badan Fir'aun/Pharaoh
itu diselamatkan untuk pertanda bagi orang belakangan, pada Exodus
14:29-30 hanya diceritakan mengenai sbb :
"But the children of Israel walked upon dry land in the midst orf the
sea; and the waters were a wall into them on their right hand and on
the lef. Thus the Loard saved Israel that day cut of the hand of the
Egyptians; and Israeli saw the Egyptians dead upon the sea shore"

'Tetapi segala Bani Israel itu telah berjalan diatas kekeringan tanah
ditengah-tengah laut, maka karirnya menjadi dewala (dinding tembok)
bagi mereka pada sebelah kanan-kirinya, demikianlah dilepaskan Tuhan
segala orang Israel pada hari itu juga dari tangan orang Mesir, maka
dilihat orang Israel segala orang Mesir itu mati terhantar dipantai
laut.'

The Holy Bible hanya menceritakan tentang kematian anak-anak Israel
(Pharaoh beserta pasukannya), tetapi tidak bercerita bahwa tubuh
Pharaoh/Fir'aun diselamatkan untuk pertanda dan pelajaran bagi
orang-orang sesudah mereka.

Sekarang mari kita sedikit menyinggung pada saat Nabi Saw menceritakan
wahyu Allah ini. Penduduk Mekkah semenjak masa yang panjang sebelum
Nabi Muhammad Saw telah menciptakan tradisi dagang.

Pada musim panas (al-shaif) kafilah-kafilah dagang berangkat ke Utara
(Mesir, Palestina, Syria, Irak, Iran) dan pada musim dingin (al-syitak)
kafilah-kafilah dagang bergerak keselatan (Yaman, Ethiopia).

Jadi penduduk Mekkah pada masa Nabi Muhammad Saw itu sudah tidak merasa
asing terhadap keadaan di Mesir pada masa itu. Piramid-piramid raksasa,
kuil-kuil raksasa, tiang-tiang obelisk dan Spinx, semua itu cuma saksi
bisu yang tiada bisa bercerita apapun kepada manusia, apalagi akan
menjumpai dan menyaksikan batang tubuh Pharaoh masa itu.

Coba anda merenung sejenak dalam imajinasi anda, betapa sambutan
penduduk Mekkah terhadap pemberitaan Nabi besar Muhammad Saw bahwa
jenasah Fir'aun diselamatkan oleh Tuhan sebagai pertanda bagi
orang-orang belakangan !

Dalam abad ke-19 dengan kunci batu-Rosetta, yang pada akhirnya berhasil
diterjemahkan huruf-huruf Demotik dan Hiroglipik pada batu-Rosetta itu
oleh Jean Francois Champollion (1790-1832 M), maka coretan-coretan
cakar ayam pada dinding-dinding Pyramid, dinding-dinding kuil dan
tiang-tiang obelisk, mulai bercerita tentang masa silam.

Jika menjelang abad ke-19 pengetahuan manusia tentang sejarah cuma
sampai abad ke-4 sebelum Masehi, maka sejak abad ke-19 pengetahuan
sejarah telah menjangkau masa tiga puluh abad sebelum masehi.

Tetapi jasad Pharaoh dari setiap dinasti, yang dikisahkan sedemikian
rupa oleh tiang-tiang obelisk dan dinding-dinding piramid belum juga
dijumpai.

Expedisi berbagai bangsa bagaikan kena rangsang untuk mengerahkan
kegiatan dan pembiayaan untuk menemukannya. Pada tanggal 6 Juli 1879
terjadilah apa yang dipandang 'peristiwa terbesar' bagi dunia sejarah.
The Historian's History of The World vol.1 edisi 1926, dalam puluhan
halamannya melukiskan peristiwa terbesar itu dengan sangat indahnya dan
panjang lebar.

Ir. Muhammad Ahmad Abdar-Rasul, seorang Arkeolog Mesir yang mengabdikan
hidupnya untuk melakukan riset tanpa jemu-jemunya, telah berhasil pada
akhirnya memberikan petunjuk kepada ekspedisi ilmiah Jerman - Mesir
yang berada dibawah pimpinan Messrs, Emil Brugsch dan Ahmad Effendi
Kamal itu, yaitu sebuah lubang kecil yang terletak tinggi pada dinding
batu karang di 'lembah raja-raja' (Valley of Kings) dalam wilayah Mesir
atas.

Dengan peralatan dan tenaga manusia yang dipersiapkan sedemikian rupa
pada tanggal 6 Juli 1879 dilakukan penerobosan kedalam relung sempit
yang berceruk-ceruk dan berliku-liku itu, dan pada suatu ruangan besar
yang terletak jauh disebelah dalam dijumpailah sekian puluh mummi dari
para Pharaoh, termasuk mummi Rhamses II (Fir'aun) yang hidup pada masa
Nabi Musa as, yaitu Pharaoh terbesar dan teragung dalam sejarah
dinasti-dinasti Pharaoh ditanah Mesir.

Buku sejarah terbesar yang puluhan jilid tebalnya terbitan
'Encyclopedia Britannica Inc' menyimpulkan penemuan terbesar itu pada
halaman 155 dengan kalimat :

'Nothing is modern discovery has more vividly and suddenly brought the
ancient world home to the world of today than the finding of the actual
bodies, the very flesh and blood of the Pharaos marvellously preserved
to us by the embalmers's venerable art. The discovery has bredged the
chasm between the ancient and the new as a midnight flash of lighting
from the clouds to the earth.'

"Tiada sesuatupun didalam penemuan baru yang lebih menggemparkan dan
mendadak yang membawa dunia kuno kepada dunia sekarang ini daripada
penemuan jenasah yang sesungguhnya dari Pharaoh-pharaoh dalam bentuk
daging dan darah, yang dipersiapkan untuk kita secara menakjubkan
sekali oleh kepintaran luar biasa dari ahli rempah-rempah yang
membalutnya. Penemuan itu telah menutup jurang antara masa purba dengan
masa baru bagai pancaran kilat malam hari dari balik mendung keatas
bumi.

Buku sejarah yang terpandang karya terbesar dunia itu telah
memperdengarkan sambutan demikian hangat dan kagum akan penemuan itu.
Secara sadar atau tidak telah menyambut demikian hangat dan kagum akan
kebenaran sebuah wahyu Ilahi dalam Al-Qur'an.

Fir’aun yang Memanduku kepada al-Qur’an
Suatu hari di pertengahan tahun 1975, sebuah tawaran dari pemerintah Prancis datang kepada pemerintah Mesir. Negara Eropa tersebut menawarkan bantuan untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Firaun. Tawaran tersebut disambut baik oleh Mesir. Setelah mendapat restu dari pemerintah Mesir, mumi Firaun tersebut kemudian digotong ke Prancis. Bahkan, pihak Prancis membuat pesta penyambutan kedatangan mumi Firaun dengan pesta yang sangat meriah.
Mumi itu pun dibawa ke ruang khusus di Pusat Purbakala Prancis, yang selanjutnya dilakukan penelitian sekaligus mengungkap rahasia di baliknya oleh para ilmuwan terkemuka dan para pakar dokter bedah dan otopsi di Prancis. Pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian mumi ini adalah Prof Dr Maurice Bucaille.
Bucaille adalah ahli bedah kenamaan Prancis dan pernah mengepalai klinik bedah di Universitas Paris. Ia dilahirkan di Pont-L’Eveque, Prancis, pada 19 Juli 1920. Bucaille memulai kariernya di bidang kedokteran pada 1945 sebagai ahli gastroenterology. Dan, pada 1973, ia ditunjuk menjadi dokter keluarga oleh Raja Faisal dari Arab Saudi.
Tidak hanya anggota keluarga Raja Faisal yang menjadi pasiennya. Anggota keluarga Presiden Mesir kala itu, Anwar Sadat, diketahui juga termasuk dalam daftar pasien yang pernah menggunakan jasanya.
Namanya mulai terkenal ketika ia menulis buku tentang Bibel, Alquran, dan ilmu pengetahuan modern atau judul aslinya dalam bahasa Prancis yaitu La Bible, le Coran et la Science di tahun 1976.
Ketertarikan Bucaille terhadap Islam mulai muncul ketika secara intens dia mendalami kajian biologi dan hubungannya dengan beberapa doktrin agama. Karenanya, ketika datang kesempatan kepada Bucaille untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Firaun, ia mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menguak misteri di balik penyebab kematian sang raja Mesir kuno tersebut.
Ternyata, hasil akhir yang ia peroleh sangat mengejutkan! Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh sang mumi adalah bukti terbesar bahwa dia telah mati karena tenggelam. Jasadnya segera dikeluarkan dari laut dan kemudian dibalsem untuk segera dijadikan mumi agar awet.
Penemuan tersebut masih menyisakan sebuah pertanyaan dalam kepala sang profesor. Bagaimana jasad tersebut bisa lebih baik dari jasad-jasad yang lain, padahal dia dikeluarkan dari laut?
Prof Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu yang diyakininya sebagai penemuan baru, yaitu tentang penyelamatan mayat Firaun dari laut dan pengawetannya. Laporan akhirnya ini dia terbitkan dengan judul Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern, dengan judul aslinya, Les momies des Pharaons et la midecine. Berkat buku ini, dia menerima penghargaan Le prix Diane-Potier-Boes (penghargaan dalam sejarah) dari Academie Frantaise dan Prix General (Penghargaan umum) dari Academie Nationale de Medicine, Prancis.
Terkait dengan laporan akhir yang disusunnya, salah seorang di antara rekannya membisikkan sesuatu di telinganya seraya berkata: ”Jangan tergesa-gesa karena sesungguhnya kaum Muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya mumi ini”. Bucaille awalnya mengingkari kabar ini dengan keras sekaligus menganggapnya mustahil.
Menurutnya, pengungkapan rahasia seperti ini tidak mungkin diketahui kecuali dengan perkembangan ilmu modern, melalui peralatan canggih yang mutakhir dan akurat.
Hingga salah seorang di antara mereka berkata bahwa Alquran yang diyakini umat Islam telah meriwayatkan kisah tenggelamnya Firaun dan kemudian diselamatkannya mayatnya.
Ungkapan itu makin membingungkan Bucaille. Lalu, dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Bahkan, mumi tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1898 M, sementara Alquran telah ada ribuan tahun sebelumnya.
Ia duduk semalaman memandang mayat Firaun dan terus memikirkan hal tersebut. Ucapan rekannya masih terngiang-ngiang dibenaknya, bahwa Alquran–kitab suci umat Islam–telah membicarakan kisah Firaun yang jasadnya diselamatkan dari kehancuran sejak ribuan tahun lalu.
Sementara itu, dalam kitab suci agama lain, hanya membicarakan tenggelamnya Firaun di tengah lautan saat mengejar Musa, dan tidak membicarakan tentang mayat Firaun. Bucaille pun makin bingung dan terus memikirkan hal itu.
Ia berkata pada dirinya sendiri. ”Apakah masuk akal mumi di depanku ini adalah Firaun yang akan menangkap Musa? Apakah masuk akal, Muhammad mengetahui hal itu, padahal kejadiannya ada sebelum Alquran diturunkan?”
Prof Bucaille tidak bisa tidur, dia meminta untuk didatangkan Kitab Taurat (Perjanjian Lama). Diapun membaca Taurat yang menceritakan: ”Airpun kembali (seperti semula), menutupi kereta, pasukan berkuda, dan seluruh tentara Firaun yang masuk ke dalam laut di belakang mereka, tidak tertinggal satu pun di antara mereka”.
Kemudian dia membandingkan dengan Injil. Ternyata, Injil juga tidak membicarakan tentang diselamatkannya jasad Firaun dan masih tetap utuh. Karena itu, ia semakin bingung.
Berikrar Islam
Setelah perbaikan terhadap mayat Firaun dan pemumiannya, Prancis mengembalikan mumi tersebut ke Mesir. Akan tetapi, tidak ada keputusan yang mengembirakannya, tidak ada pikiran yang membuatnya tenang semenjak ia mendapatkan temuan dan kabar dari rekannya tersebut, yakni kabar bahwa kaum Muslimin telah saling menceritakan tentang penyelamatan mayat tersebut. Dia pun memutuskan untuk menemui sejumlah ilmuwan otopsi dari kaum Muslimin.
Dari sini kemudian terjadilah perbincangan untuk pertama kalinya dengan peneliti dan ilmuwan Muslim. Ia bertanya tentang kehidupan Musa, perbuatan yang dilakukan Firaun, dan pengejarannya pada Musa hingga dia tenggelam dan bagaimana jasad Firaun diselamatkan dari laut.
Maka, berdirilah salah satu di antara ilmuwan Muslim tersebut seraya membuka mushaf Alquran dan membacakan untuk Bucaille firman Allah SWT yang artinya: ”Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS Yunus: 92).
Ayat ini sangat menyentuh hati Bucaille. Ia mengatakan bahwa ayat Alquran tersebut masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Hatinya bergetar, dan getaran itu membuatnya berdiri di hadapan orang-orang yang hadir seraya menyeru dengan lantang: ”Sungguh aku masuk Islam dan aku beriman dengan Alquran ini”.
Ia pun kembali ke Prancis dengan wajah baru, berbeda dengan wajah pada saat dia pergi dulu. Sejak memeluk Islam, ia menghabiskan waktunya untuk meneliti tingkat kesesuaian hakikat ilmiah dan penemuan-penemuan modern dengan Alquran, serta mencari satu pertentangan ilmiah yang dibicarakan Alquran.
Semua hasil penelitiannya tersebut kemudian ia bukukan dengan judul Bibel, Alquran dan Ilmu Pengetahuan Modern, judul asli dalam bahasa Prancis, La Bible, le Coran et la Science. Buku yang dirilis tahun 1976 ini menjadi best-seller internasional (laris) di dunia Muslim dan telah diterjemahkan ke hampir semua bahasa utama umat Muslim di dunia.
Karyanya ini menerangkan bahwa Alquran sangat konsisten dengan ilmu pengetahuan dan sains, sedangkan Al-Kitab atau Bibel tidak demikian. Bucaille dalam bukunya mengkritik Bibel yang ia anggap tidak konsisten dan penurunannya diragukan. [sumber Republika]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar